cheriscafe.com – Yakgwa, kue tradisional Korea yang dikenal sebagai “kue madu,” adalah hidangan manis yang kaya akan sejarah dan cita rasa. Terbuat dari tepung terigu, madu, minyak wijen, dan jahe, yakgwa memiliki tekstur renyah di luar namun lembut dan berlapis di dalam, dengan rasa manis yang seimbang dan aroma rempah yang khas. Berbeda dari kue modern, yakgwa digoreng, bukan dipanggang, lalu direndam dalam sirup madu-jahe, menciptakan kilau menggoda dan rasa yang kaya.
Nama “yakgwa” berasal dari kata “yak” (obat) dan “gwa” (kue), mencerminkan kepercayaan masyarakat Korea kuno bahwa madu memiliki khasiat penyembuhan. Sejak zaman Dinasti Goryeo (918-1392), yakgwa disajikan pada acara istimewa seperti Chuseok, pernikahan, atau ritual leluhur. Dulu, kue ini berbentuk burung atau bunga, melambangkan harapan seperti harmoni (teratai) atau kemakmuran (kelelawar). Kini, bentuknya lebih sederhana, sering bulat dengan pinggiran bergelombang atau menyerupai bunga krisan.
Proses pembuatan yakgwa membutuhkan ketelitian. Adonan dicampur dengan soju atau air jahe untuk kelembutan, digoreng pada dua suhu berbeda—rendah untuk membentuk lapisan, lalu tinggi untuk warna keemasan—dan direndam sirup hingga menyerap sempurna. Taburan biji wijen atau kacang pinus menambah tekstur dan estetika. Di Indonesia, Anda bisa menemukan bahan-bahannya di toko khusus atau membuat versi halal tanpa soju.
Yakgwa bukan sekadar camilan, tetapi simbol tradisi dan kehangatan keluarga. Cocok dinikmati dengan teh hijau, kue ini menawarkan pengalaman budaya Korea yang autentik. Cobalah membuatnya di rumah untuk merasakan pesona manis yang telah memikat selama berabad-abad.